sejarah David Lekuta Rudisha(800)M


Mereka hebat karena mereka seorang Kenya!

by ViaVi

Hari ini, ketika saya sedang menunggu antrian sebuah loket, ada selembar koran yang sudah lecek tertanggal 4 Maret 2011. Di kolom olahraga, judul besarnya David Rudishajuara namun gagal menciptakan rekor baru. Mengagumkan, seorang pelari tercepat yang sedang berusaha untuk mematahkan rekornya sendiri. David Rudisha sendiri telah beberapa kali mengantongi emas di kejuaraan atletik afrika maupun dunia. Di umur 21 tahun, ia menerima penghargaan sebagai atlit termuda versi IAFF dunia. Rekor lari 800 m nya yakni 1 : 41 : 10 detik, kini menjadi target pelari-pelari di dunia.
Menyambung persoalan rekaya situasi yang lalu (tukarlah piring anda!), David Rudisha salah seorang yang ter-rekaya situasi (alami). David Rudisha berhasil menjuarai lomba lari jarak menengah bukan hanya dikarenakan ia berbakat dari keturunan pelari, atau ia kulit hitam yang terkenal dengan kuat serta berkaki panjang. David Rudisha dapat berlari kencang dikarenakan ia terlahir di Kenya! Percayakah anda?
Nandi Hills, nama sebuah pegunungan di Kenya dimana tempat ini telah melahirkan lebih dari setengah pelari Kenya yang ada di dunia. Pegunungan ini terletak antara Great Rift Valley dan Provinsi  Lembah Rift. Pegunungan Nandi berikilim dingin, suhunya berkisar antara 18 – 24′ celcius. Datarannya tidak merata, boleh dibilang jalur transportasi di daerah ini tidak terurus  atau sangat buruk. Penduduk disekitarnya tergolong miskin. Wilayah ini terisolir dengan daerah lainnya.
Akibat buruknya jalan transportasi ini, sebagian besar penduduk Nandi harus berlari untuk memenuhi kebutuhannya. Anak-anak Nandi pergi ke sekolah dengan berlari, Penduduk lainnya berlari untuk memenuhi keperluannya masing-masing. Mereka berlari menempuh jarak berkilo-kilometer jauhnya, bahkan tidak jarang mereka berlari puluhan kilometer. Kalau kita mau menghitung, penduduk Nandi ini telah berlari semenjak umur 5 tahun (masuk SD) yang artinya jika anak-anak Nandi ini berlari satu jam tiap harinya, maka dalam setahun mereka telah berlari 360 jam menempuh beratus-ratus kilometer! Jika dikalikan dengan umur David Rushida (21 tahun) maka kita dapatkan hasil ia telah berlari sebanyak 5400 jam!!
Bukan hanya itu, Nandi merupakan wilayah pegunungan, dimana ketinggiannya tidak merata. Artinya 5400 jam dihabiskan dengan berlari naik-turun gunung dan dimulai semenjak umur 5 tahun. Kita semua tahu, setiap naik beberapa derajat ketinggian, maka kadar oksigendi daerah itu akan berkurang. Hebatnya, penduduk Nandi tidak merasa kekurangan oksigen ketika berlari, cadangan oksigen yang sedikit tidak membuat larinya bertambah lambat bahkan sebaliknya. Yannis Pitsiladis, seorang ilmuwan Yunani, menemukan bahwa latihan di dataran tinggi ternyata mampu meningkatkan daya tahan serta sel darah merah yang mengikat oksigen.
Maka kalau kita melihat kejuaraan lomba lari didominasi oleh orang Kenya itu wajar. Ada usaha keras disana, dimana setiap pagi mereka terpaksa berlari mengejar sekolah. Pak Arifin berkata, “kumpulkan bakat-bakat berlari masyarakat Kenya setiap tahunnya, maka tidak mustahil kita menemukan bibit-bibit juara lari dunia!”
Situasi dan kerja keras berbaur menjadi sebuah kombinasi yang sempurna, dan menghasilkan pelari pelari nomer satu. Itulah yang terjadi di Kenya saat ini. Berlari bagian hidup dari mereka. Maka jangan kaget ketika kita menemukan fakta bahwa Kenya telah mendominasi lari jarak 800 meter dan lebih sejak 1968, dengan mengumpulkan 53 medali, 17 diantaranya merupakan medali emas!
Sebuah prestasi yang mengagumkan, apalagi mengingat Kenya memboikot Olimpiade 1976 dan 1980. Dalam arena World Cross Country Championship dari tahun 1986 – 2000, para atlet Kenya meraih emas dua belas kali dari empat belas kali turnamen.  Situasi Kenya memiliki andil yang besar dalam menghasilkan pelari pelari kelas atas, selain David Rudisha, ada juga pelari legendaris lain seperti Kipchoge Keino, Wilfred Bungei, Henry Rono dan Mike Boit.
Mereka adalah orang yang ter-rekayasa situasi lalu bekerja keras. Oleh karena itu, melihat keadaan Indonesia sendiri. Ketika kita melihat orang-orang Indonesia yang sukses di luar negri, seperti Pak Habibie di Jerman dengan teori keretakan pesawat, Pak Khairul Anwar yang menciptakan sistem telekomunikasi 4 G danAndreas Raharso sebagai CEO di Hay Group, kita tidak berpikir bagaimana kita memboyong mereka kesini, memberi gaji yang besar lalu meminta memajukan Indonesia. Alangkah dangkal dan piciknya kita!
Yang kita pikirkan seharusnya bagaimana Indonesia dapat menjadi ladang potensial untuk menciptakan Pak habibie selanjutnya.  Memikirkan kebutuhan apa saja yang diperlukan untuk mencetak seorang Andreas Raharso.  Kunci sederhanya ialah: Situasi! seperti Negara Kenya, Indonesia membutuhkan pegunungan Nandi-nya sendiri!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar